21 September 2012

Mendengar vs Mendengarkan

Telinga yang mendengar dan mata yang melihat, kedua-duanya dibuat oleh Tuhan. Ya, telinga diciptakan Tuhan untuk mendengar, tetapi sering kali orang malas untuk mendengarkan.

Mendengar itu suatu keadaan yang bersifat alami, terjadi begitu saja. Mendengarkan butuh kehendak dan energi. Ada kesediaan hati untuk mendengarkan, paling tidak memerhatikan kata demi kata yang keluar dari mulut, geliat kalimat yang mengalir dari bibir.

Namun tidak banyak telinga yang mendengarkan, meski ada banyak telinga bisa mendengar.


Mendengarkan itu bersifat aktif, bagian terpenting dalam membangun relasi dengan orang lain. Jadi, aktifkanlah hati Anda, bangkitkan energi Anda untuk mendengarkan saat orang lain berbicara.

Setiap orang pasti ingin didengarkan, ingin berarti bagi orang lain. Dengan mendengarkan, kita membuka diri untuk suatu tanya, perintah, nasihat, opini, teguran, keluhan, atau apa pun yang disampaikan kepada kita.

Ingatlah, dengan mendengarkan Anda bisa memenangkan hati seseorang. Bahkan disarankan agar kita lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

Adakalanya keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitar kita tidak membutuhkan pujian atau sanjungan, mereka hanya butuh didengarkan.

Ketika anak Anda terluka hatinya, bukan nasihat yang dia butuhkan, dia hanya ingin didengarkan.

Ketika istri atau suami Anda lara hatinya, dia ingin Anda mendengarkannya.

Mendengarkan seseorang itu sama artinya dengan menunjukkan bahwa dia penting bagi Anda.

Ketika Anda ingin menegur atau mengoreksi kesalahan seseorang, dengarkanlah terlebih dahulu pembelaannya.

Kesediaan untuk mendengarkan juga berlaku dalam hubungan kita dengan Tuhan. Dengarkanlah firman-Nya untuk memenangkan hati Tuhan. —Agus Santosa

Berbuatlah lebih dari sekadar mendengar, dengarkanlah. —John Mason

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 21/9/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Dengarkanlah!

==========


Artikel Terbaru Blog Ini