23 Agustus 2012

Mendengarkan Orang Lain

Pernahkah Anda merasa enggan sekali bertemu dengan orang lain? Kita semua tentu pernah merasakannya, terutama ketika harus menghadapi orang-orang yang menurut kita menjengkelkan dan kurang menghargai kita.

Apalagi jika kita pernah terlibat konflik dengan orang-orang itu. Pada situasi seperti itu, mungkin kita lebih suka menyendiri dan mengerjakan hal-hal yang kita sukai.

Meskipun adakalanya kita butuh waktu untuk sendirian, kita perlu berhati-hati terhadap kecenderungan menarik diri dari pergaulan. Kenapa?

Orang yang menyendiri cenderung memikirkan dirinya semata. Orang lain menjadi gangguan baginya. Kritik dan nasihat, yang bijak sekalipun, ditanggapi dengan kemarahan. Mereka lebih suka berdebat dan mengungkapkan kejengkelannya daripada mendengarkan orang lain.

Perilaku demikian bukanlah tindakan yang bijak. Sebaliknya, orang yang bijak adalah orang yang bersedia mendengarkan kata-kata hikmat (kata-kata yang memberi pengertian), sekalipun adakalanya hal itu dinyatakan dalam bentuk teguran yang pedas. Mendengarkan orang lain juga melatih kita untuk bersikap rendah hati.

Ketika kita mendengarkan kata-kata orang lain yang tidak kita sukai, usahakan agar tidak serta-merta (langsung) membantahnya. Sebaliknya, dengarkan lebih banyak apa yang ingin dikatakan oleh lawan bicara kita.

Bukalah hati lebar-lebar, renungkan apa yang kita dengar. Kita akan kagum mengalami bagaimana melalui beragam orang di sekitar kita, Tuhan menolong kita memperoleh pengetahuan untuk hidup lebih baik. --HEM

Marah sebelum mendengarkan menutup pintu pengertian. Mendengarkan pertimbangan orang lain membuka pintu kebijaksanaan.

* * *

Sumber: e-RH, 23/8/12 (diedit seperlunya)

Judul asli: Mendengarkan Pertimbangan

==========


Artikel Terbaru Blog Ini