09 Agustus 2012

Hancur bersama Musuh?

Sekawanan lebah mengerubuti seekor ular. Sengatan demi sengatan menghunjam kepala licin si ular. Ular terluka, sakit, marah, dan bernafsu untuk membalas.

Ular yang konon cerdik itu meletakkan kepalanya di atas rel kereta api dengan niat ingin membunuh kawanan lebah. Kereta api lewat, dalam sekejap ular dan para lebah tergilas roda besi, mereka mati semua.

Fabel yang ditulis Aesop ini mengingatkan perilaku sebagian besar orang ketika disakiti atau dilukai. Kita secara manusiawi ingin membalas perlakuan orang lain dengan berseteru, yang akhirnya semakin melukai diri sendiri.

Kita bisa dilukai orang lain tanpa pernah berbuat salah. Jangan berpikir karena kita vegetarian, maka seekor banteng tidak akan menyerang kita.

Ketika keberadaan kita dinilai sebagai ancaman, yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, itu sudah cukup untuk mengubah peta persahabatan menjadi medan perang.

Anda bisa saja dimusuhi seseorang tanpa pernah memusuhi. Bisa saja musuh Anda justru sahabat terbaik, dan semua itu sangat menyakitkan hati. Lalu apa yang Anda lakukan, bertarung membalas sakit hati?

Saya teringat cerita di balik aksara Jawa. Konon ada dua orang abdi yang setia (ha na ca ra ka). Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi (da ta sa wa la). Mereka berdua sama kuat dan tangguh (pa da ja ya nya), dan akhirnya kedua abdi itu tewas bersama (ma ga ba tha nga).

Ketika dua orang abdi bertarung sampai mati, dan seekor ular menggilaskan kepalanya pada rel kereta api, itu adalah keputusan fatal akibat dirasuk amarah dan dendam.

Ketika disakiti, sungguh manusiawi jika kita bergumul ingin membalas. Namun, apakah kita pernah bertanya bahwa itu akan menyelesaikan masalah, lebih baik dari cara Tuhan?

Tuhan punya cara terbaik membebaskan kita dari masalah ini, yakni “mengampuni” seperti Ia mengampuni kesalahan kita. Tuhan tahu siapa Anda dan saya. Ia tidak ingin kita menuntut balas, karena akan membutakan mata rohani, melemahkan jiwa dan tubuh kita.

Ya, jika Anda telah dilukai seseorang, singkirkanlah keinginan membalas dan percayalah Tuhan akan menyelesaikan masalah Anda. Jangan berbuat seperti si ular. Jangan memilih ma ga ba tha nga, hancur bersama musuh Anda. —Agus Santosa

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 9/8/12 (dipersingkat)

Judul asli: Ma ga ba tha nga

==========


Artikel Terbaru Blog Ini