24 Januari 2013

Langsung Marah

Seorang ibu begitu murka ketika anak gadisnya pulang terlambat. Tanpa banyak bertanya dan tidak memberi kesempatan kepada putrinya untuk menjelaskan, si ibu langsung memuntahkan kalimat-kalimat yang tidak senonoh dan bernada menghakimi.

Padahal, keterlambatan putrinya terjadi secara tak sengaja: ban motornya kempis di tengah jalan, dan ia harus menuntun motor cukup jauh sebelum menemukan tukang tambal ban.

Selain itu, batere telepon genggamnya habis sehingga ia tidak dapat memberi tahu ibunya.


Kita kadang-kadang membiarkan prasangka atau kemarahan menguasai diri kita sehingga kita tidak dapat menanggapi situasi dengan semestinya. Kita tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan penjelasan orang lain dan secara gegabah melontarkan tuduhan.

Ledakan amarah yang membabi buta menyebabkan kita menyemburkan perkataan yang tidak pantas dan meninggalkan luka yang mendalam di hati orang yang kita hakimi. Singkatnya, amarah yang tak terkendali menghancurkan hubungan yang baik.

Apa yang tampak oleh mata kita belum tentu mengungkapkan seluruh keadaan secara lengkap. Oleh sebab itu, sudah semestinya kita memberikan kesempatan kepada orang lain menjelaskan duduk perkaranya.

Kesediaan untuk mendengarkan ini menolong kita untuk mengendalikan amarah. Sebaliknya, kita memiliki waktu untuk mempertimbangkan perkara secara lebih jernih sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih adil.

Dengan itu, kita juga menghormati orang tersebut dan menghargai hubungan dengannya. —Riris Ernaeni

Lebih baik memberikan sepasang telinga yang mau mendengarkan daripada mencecarkan seribu nasihat yang menghakimi.

* * *

Sumber: e-RH, 24/1/2013 (diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini