Seorang petani lele yang lumayan sukses di Kalasan, Yogyakarta, tidak segan-segan membagikan ilmunya kepada petani-petani lain yang berminat menekuni budidaya ikan air tawar tersebut. Ia tidak khawatir kelak mereka akan menjadi pesaingnya.
"Kenapa mesti enggan berbagi ilmu dan keterampilan?" katanya. "Kalaupun kita sudah membagikannya, belum tentu juga orang bisa menirunya begitu saja. Dengan berbagi, kita sendiri akan mendapatkan lebih banyak masukan. Kita malah jadi semakin pintar."
Ya, memberi tidak akan membuat kita kekurangan. Sebaliknya, memberi justru menjadikan sumber daya kita berlipat ganda. Apa yang kita berikan tidak akan hilang sia-sia, melainkan akan dikembalikan kepada kita dalam kadar yang berlimpah-limpah.
Ini prinsip yang berlawanan dengan yang dijalankan dalam dunia bisnis. Pebisnis didorong untuk mengeluarkan biaya sekecil mungkin demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Prinsip bisnis semacam ini membangkitkan keserakahan, sedangkan belajar memberi mengembangkan kemurahan hati kita.
Kita masing-masing pasti memiliki sesuatu yang baik —uang, talenta, waktu, tenaga, senyuman, pengampunan— untuk dibagikan kepada orang yang memerlukan.
Kita tidak akan selalu menerima balasan dalam bentuk yang sama persis, namun tak ayal (tak perlu diragukan) kita akan mengalami berkat yang mendatangkan damai sejahtera.
Jadi, perhatikanlah apa saja yang Anda miliki dan dapat Anda daya gunakan untuk memberkati sesama, seperti petani lele tadi. Kenapa enggan berbagi? —Arie Saptaji
Orang miskin adalah orang yang tidak memiliki apa-apa untuk dibagikan kepada sesamanya.
* * *
Sumber: e-RH, 30/1/2013 (diedit seperlunya)
==========