21 Maret 2013

Butuh Dua Orang

"Selalu dibutuhkan dua orang untuk bertengkar", demikian kata sebuah pepatah lama. Benar, ketika ada dua pihak yang sama-sama berniat memperebutkan 'kemenangan pribadi', maka pertengkaran pun 'sukses' diciptakan.

Padahal, jika salah seorang bisa sadar untuk berhenti memusatkan perhatian pada masalah dan mengarah pada pencarian solusi, maka pertengkaran takkan berpanjang umur. Sebuah fakta yang kerap 'tertutup' saat dua orang terlibat adu argumentasi atau perselisihan.

Dalam Perjanjian Lama terdapat kisah, para gembala ternak Abraham dan Lot juga pernah bertengkar dan berkelahi karena rumput dan air untuk menggembala tidak cukup bagi mereka. Maka, masalah itu dilaporkan kepada Lot dan Abraham.

Sangat wajar seandainya mereka 'meneruskan' pertengkaran tersebut, sebab masing-masing merasa punya hak yang patut dipertahankan.

Abraham dan Lot

Syukurlah, Abraham mampu mengendalikan dirinya dan melihat bahwa kekerabatannya dengan Lot-lah yang harus dipertahankan. Itu sebabnya ia memilih untuk segera menghentikan pertengkaran dengan cara mengalah.

Kita belajar dari Abraham bahwa saat hamba-hambanya bertengkar, Abraham tak berpikir pesimistis, "Ah, mungkin hubunganku dengan Lot harus berakhir di sini."

Sebaliknya, ia melihat bahwa Lot tetaplah kerabatnya sampai kapan pun. Itu sebabnya ia menujukan pikirannya pada "apa yang bisa dilakukan supaya hubungannya dengan Lot tak sampai terputus".

Maka, keputusan dan tindakannya bukan lagi didasarkan pada emosi sesaat, melainkan pada kebijaksanaan yang bermanfaat.

Kiranya Tuhan memberi kita hikmat seperti ini, ketika sebuah pertengkaran diperhadapkan pada kita. —AW

Ketika bertengkar, jangan berpikir mengakhiri hubungan. Pikirkan segala cara untuk mempertahankan hubungan.

* * *

Sumber: e-RH, 15/6/2011 (diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini