07 Mei 2013

Bukan Sekadar Kata

Joyce Meyer, penulis dan pengkhotbah televisi, suatu saat bersama suaminya, Dave, mengunjungi restoran favorit mereka.

Setelah memesan menu, seorang pelayan membawa baki berisi pesanan mereka. Tanpa disengaja baki itu tumpah dan isinya menimpa Dave yang saat itu mengenakan jas kesukaannya.

Dave yang sial itu tersenyum sambil berkata, "Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja."

Joyce turut membantu membereskan makanan dan minuman yang berceceran di lantai dan di tubuh Dave sambil tetap bersikap ramah. Bukan hanya itu, mereka berdua menemui pemilik restoran, meminta agar ia tidak memecat pelayan yang baru saja bertindak ceroboh itu.

Joyce Meyer

Melihat tanggapan Joyce dan suaminya, pelayan itu membungkuk untuk meminta maaf dan berkata, "Saya sungguh-sungguh minta maaf. Saya baru bekerja di sini. Saya gugup dan merasa seperti bermimpi ketika bertemu langsung dengan Ibu. Saya selalu mengikuti khotbah Ibu di televisi setiap hari."

Ya, kira-kira apa yang akan terjadi seandainya Joyce dan suaminya bersikap sebaliknya? Tak ayal semua khotbahnya yang pernah didengar pelayan itu melalui televisi akan menjadi sia-sia. Dan, pelayan itu akan mengingat Joyce sebagai seorang pengkhotbah yang munafik.

Kadang-kadang Tuhan menguji integritas dan bobot perkataan kita melalui peristiwa yang tidak disangka-sangka. Tanggapan kita terhadap peristiwa itu menunjukkan kualitas karakter kita yang sesungguhnya.

Karena itu, hendaklah kita melakukan segala sesuatu dengan mata yang tertuju kepada Tuhan. Kiranya kita tidak terpeleset ke dalam sikap yang memalukan.

Sikap dan perilaku kita adalah ilustrasi khotbah yang paling efektif.

* * *

Penulis: Piter Randan Bua | e-RH, 7/5/2013

(diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini