Pernahkah Anda merasa kurang beruntung dibanding orang lain? Anda sepertinya selalu ditimpa kesusahan, sedangkan teman-teman Anda tampak bahagia, makmur, dan mapan?
Lalu, apakah ketidakpuasan itu membangkitkan sikap permusuhan di dalam hati Anda? Anda menjadi tidak suka pada orang-orang di sekeliling Anda? Atau, lebih parah lagi, Anda ingin merampas kebahagiaan orang yang lebih beruntung itu?
Rasa tidak suka melihat orang lain yang lebih beruntung adalah kecenderungan manusia. Salomo mengenalinya melalui hikmat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya ketika ia menghadapi dua orang ibu yang memperebutkan anak (1 Raja-raja 3:16-28).
Oleh hikmat itu, ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Mula-mula dengan cerdik ia menawarkan solusi yang tak terduga, yaitu hendak membagi si bayi menjadi dua. Artinya, bayi yang masih hidup itu akan mati juga.
Ternyata, ibu yang anaknya meninggal merasa senang. Rupanya ia menginginkan temannya juga sengsara seperti dirinya. Melihat reaksi tersebut, Salomo segera mengetahui siapakah ibu sejati dari bayi tersebut.
Ketika melihat orang lain lebih beruntung, kita perlu berhati-hati. Waspadailah pikiran dan reaksi kita. Periksalah, apakah rencana kita masih selaras dengan kehendak Tuhan. Atau, jangan-jangan apa yang hendak kita lakukan sebenarnya berlawanan dengan kehendak-Nya.
Tuhan mengetahui secara persis pikiran dan rencana kita. Bila ada pikiran yang tidak patut dan rencana yang kurang baik, mintalah belas kasihan dari-Nya untuk mengubah sikap kita.
Ketika kita merasa puas dengan kebaikan Tuhan, kita tidak akan iri saat melihat keberuntungan orang lain.
* * *
Penulis: Heman Elia | e-RH, 21/4/2013
(diedit seperlunya)
==========