Oleh Paulus Herlambang
Ketika masih kecil atau remaja dulu, kita suka ngeledek teman-teman kita, dan yang paling seru adalah ngeledek kekurangan-kekurangan mereka.
Hingga zaman sekarang hal itu masih terjadi. Anak-anak kami bersekolah di Sekolah Tunas Bangsa, milik Abbalove Ministries. Dalam pertandingan antarsekolah, ada anak-anak dari sekolah lain yang memelesetkan nama Tunas Bangsa menjadi 'Tunas Bangsat' dan menjadikannya sebagai bahan ledekan. Ini salah satu contoh saja.
Di Abbalove kami diajar bahwa hal-hal seperti itu merupakan 'kata sia-sia', yakni perkataan yang tidak ada gunanya dan hanya akan menimbulkan sakit hati.
Di Sekolah Tunas Bangsa, kalau seorang siswa kedapatan mengucapkan 'kata sia-sia', maka ia akan dipanggil oleh wali kelas dan dinasihati secara khusus. Kemudian peristiwa itu dilaporkan kepada orangtuanya dalam buku Saat Teduh (buku penghubung), yang berisi:
- Renungan harian
- Wisdom (sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa berkaitan dengan renungan yang baru dibaca)
- Pesan guru kepada orangtua, dan
- Pesan orangtua kepada guru.
Hal itu telah menjadi pergumulan yang berat buat yang bersangkutan. Apalagi kalau anda menjadikan kekurangannya itu sebagai bahan ledekan, seperti yang saya dengar juga dalam sebuah acara khusus beberapa bulan yang lalu. Saya ingat betul siapa yang mengucapkan kata sia-sia tersebut!
Matius 12:36
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.
Kita semua belajar dari kesalahan kita. Sering kali kita melakukan suatu kesalahan berulang-ulang hingga dewasa atau tua karena tidak ada orang yang memberi tahu bahwa itu salah.
Saya bersyukur bahwa hal-hal sekecil ‘tidak boleh berkata sia-sia’ diajarkan di Abbalove. Inilah saatnya saya menyampaikan apa yang telah saya pelajari selama 7 tahun berjemaat di Abbalove (Juli 2002 - Juli 2009) kepada teman-teman semua.
Banyak hal lain yang ingin saya sampaikan, menyangkut berbagai aspek kehidupan.
Paulus/
Menyuarakan kebenaran adalah tugas saya