04 Agustus 2007

Si Narsis

Kata “narsis” berasal dari cerita Yunani tentang seorang pemuda bernama Narcissus. Pemuda ini sangat ganteng dan ia suka memuji diri sendiri serta menolak cinta para wanita.

Ia bahkan menolak cinta bidadari Echo dan ini menyebabkan Echo patah hati dan Narcissus dikutuk sehingga jatuh cinta pada bayangannya sendiri yang tampak pada air kolam.

Dewasa ini kata “narsis” dipakai untuk menggambarkan orang yang terlalu suka pada diri sendiri, kelewat percaya diri, egosentris dan mengagung-agungkan diri sendiri.

Seorang narsis memandang dirinya sendiri secara berlebihan. Ia senang menyombongkan diri dan berharap orang lain akan memberikan pujian kepadanya.

Ia menganggap dirinya sangat penting dan ingin sekali dikenal orang karena kelebihannya. Si Narsis selalu berpusat pada diri sendiri. Ia menganggap dirinya begitu istimewa dan tidak ada yang menyamainya.

Dan yang lebih parah, ia menganggap bahwa semua orang mempunyai penilaian yang sama terhadapnya, sebagaimana ia menilai dirinya sendiri.

Si Narsis merasa lebih dari orang lain: lebih ganteng, lebih pandai, lebih oke, dan sebagainya. Sehingga karena begitu “tinggi” ia menilai dirinya sendiri, ia bahkan tidak tahu kelemahannya.

Inilah yang kadang membuat orang jengkel melihat tingkahnya. Ia tidak sadar bahwa ternyata badannya bau, postur tubuhnya tidak sebaik yang ia pikirkan, dan kepribadiannya tidak semenarik yang ia kira.

Sifat mengasihi dan bangga pada diri sendiri memang penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Tetapi harus dalam kadar yang normal. Seorang narsis bangga dan mengasihi diri secara berlebihan yang akhirnya melahirkan kesombongan dan sifat mementingkan diri sendiri.

Bagaimana cara kita menghadapi Si Narsis ini?

Terima dia apa adanya. Tingkah Si Narsis memang menyebalkan, tetapi kita harus belajar menerima keberadaannya tanpa membencinya. Kebencian terhadapnya belum tentu bisa menyadarkannya.

Tunjukkan kelemahannya. Seorang narsis cenderung mengabaikan kelemahan dan keberadaan dirinya yang sesungguhnya. Ia menciptakan gambaran tentang dirinya sendiri bahwa dalam banyak hal ia lebih baik dan lebih sempurna dari orang lain. Temukanlah cara dan waktu yang tepat untuk memberi tahunya tentang keberadaan dirinya yang sesungguhnya. Dengan menyadari kelemahannya, ia akan bisa mengubah sikapnya.

Ajari dia untuk melihat kelebihan orang lain. Si Narsis menutup mata terhadap kelebihan orang lain. Karena selalu berpusat pada diri sendiri, maka ia menganggap bahwa dirinyalah yang paling oke. Ajari dia untuk mulai melihat dan mengakui kelebihan orang lain yang selama ini tidak dapat dilihatnya. Katakan kepadanya bahwa sikap yang egosentris bukanlah hal yang baik.

Kata-kata Bijak:
Terlalu mengasihi diri sendiri membuat kita buta terhadap keadaan kita yang sesungguhnya.

Sumber: Manna Sorgawi, 16 Agustus 2007.


Artikel Terbaru Blog Ini