27 Maret 2013

Bantuan Sang Panglima

Suatu ketika beberapa tentara Amerika bersusah payah memindahkan sebatang pohon besar yang menghalangi jalan. Di dekat mereka, seorang kopral hanya berdiri sambil mengomel.

Seorang penunggang kuda yang lewat melihatnya. Ia bertanya, mengapa sang kopral tak membantu anak buahnya. Kopral itu menjawab, "Aku ini kopral, yang berhak memberi perintah."

Tanpa berkomentar, si penunggang kuda turun dan membantu para tentara tadi sampai berhasil. Lalu, sambil naik kuda lagi, ia berkata, "Kalau anak buahmu butuh bantuan lagi, panggil saja panglima perangmu. Ia akan datang."

Seketika si kopral sadar bahwa penunggang kuda tadi tidak lain adalah George Washington, panglima perang Amerika saat itu (dan nantinya menjadi presiden negara tersebut).

George Washington

Menjelang penangkapan-Nya, Yesus menyampaikan pesan yang mengusik. Dia melepaskan jubah, mengambil kain lenan, dan mengikatkannya di pinggang. Lalu, Dia berlutut dan mencuci kaki para murid.

Para murid bahkan belum pernah melakukan hal itu di antara mereka sendiri. Namun, Guru, Tuhan, dan Raja mereka tidak segan-segan melayani. Pesan-Nya jelas: Dia menginginkan para pengikut-Nya saling melayani.

Yesus mencuci kaki para murid

Betapa baiknya bila kita tak membiarkan diri merasa "lebih hebat" dari orang lain. Juga lebih sedikit berharap untuk dilayani. Lalu, mulai lebih banyak berpikir bagaimana dan apa saja yang bisa kita lakukan untuk melayani sesama.

Siapa pun itu. Bahkan orang-orang yang kita anggap tidak patut dilayani. Mari kita menularkan semangat untuk saling melayani ini.

Ketika Yesus meraja di hati, pasti meluap hasrat untuk melayani.

* * *

Penulis: Agustina Wijayani | e-RH, 27/3/2013

(diedit seperlunya)

==========

21 Maret 2013

Butuh Dua Orang

"Selalu dibutuhkan dua orang untuk bertengkar", demikian kata sebuah pepatah lama. Benar, ketika ada dua pihak yang sama-sama berniat memperebutkan 'kemenangan pribadi', maka pertengkaran pun 'sukses' diciptakan.

Padahal, jika salah seorang bisa sadar untuk berhenti memusatkan perhatian pada masalah dan mengarah pada pencarian solusi, maka pertengkaran takkan berpanjang umur. Sebuah fakta yang kerap 'tertutup' saat dua orang terlibat adu argumentasi atau perselisihan.

Dalam Perjanjian Lama terdapat kisah, para gembala ternak Abraham dan Lot juga pernah bertengkar dan berkelahi karena rumput dan air untuk menggembala tidak cukup bagi mereka. Maka, masalah itu dilaporkan kepada Lot dan Abraham.

Sangat wajar seandainya mereka 'meneruskan' pertengkaran tersebut, sebab masing-masing merasa punya hak yang patut dipertahankan.

Abraham dan Lot

Syukurlah, Abraham mampu mengendalikan dirinya dan melihat bahwa kekerabatannya dengan Lot-lah yang harus dipertahankan. Itu sebabnya ia memilih untuk segera menghentikan pertengkaran dengan cara mengalah.

Kita belajar dari Abraham bahwa saat hamba-hambanya bertengkar, Abraham tak berpikir pesimistis, "Ah, mungkin hubunganku dengan Lot harus berakhir di sini."

Sebaliknya, ia melihat bahwa Lot tetaplah kerabatnya sampai kapan pun. Itu sebabnya ia menujukan pikirannya pada "apa yang bisa dilakukan supaya hubungannya dengan Lot tak sampai terputus".

Maka, keputusan dan tindakannya bukan lagi didasarkan pada emosi sesaat, melainkan pada kebijaksanaan yang bermanfaat.

Kiranya Tuhan memberi kita hikmat seperti ini, ketika sebuah pertengkaran diperhadapkan pada kita. —AW

Ketika bertengkar, jangan berpikir mengakhiri hubungan. Pikirkan segala cara untuk mempertahankan hubungan.

* * *

Sumber: e-RH, 15/6/2011 (diedit seperlunya)

==========


Artikel Terbaru Blog Ini